Seorang ibu mengeluh pada temannya “Aduh gimana nih, nilai anakku kok merosot terus dari hari ke hari?” sementara temannya juga mengatakan hal yang mirip “Ia susah banget ya memotivasi anak-anak kita untuk suka belajar, kalau main game saja yang gak perlu diminta?”
Satu ibu lagi datang dengan muka yang tak kalah masamnya mengatakan “Kalau anakku sih masalahnya lain lagi, ia bisa belajar sih kalau sudah waktunya walau agak cemberut, tapi herannya ya mengapa sewaktu di rumah bersama guru lesnya mengerjakan latihan bisa tapi kok waktu tes hasilnya jelek lagi jelek lagi”.
Apakah Anda sering mengalami hal-hal seperti itu? Mengapa belajar menjadi sesuatu yang berat – bahkan momok bagi sebagian anak – dan rasanya tak menyenangkan bagi sebagian besar anak-anak kita? Banyak orangtua dan guru meyakini bahwa anak-anak itu sebenarnya tidak bodoh dan harusnya bisa mendapatkan nilai bagus tetapi mengapa belajar jadi begitu berat dan menyusahkan?
Sebagai seorang hipnoterapis keluarga saya sering mendapatkan keluhan semacam di atas dari para orangtua. Jika menyangkut anak-anak maka sebagian masalah yang hendak dikonsultasikan adalah motivasi dan inisiatif belajar. Secara pribadi saya mendalami masalah ini sejak 1995 saat berkutat dengan puluhan anak dari SD hingga SMU setiap sore untuk membantu mereka memecahkan masalah pelajarannya di sekolah. Saya pun meyakini bahwa semua anak-anak itu memiliki otak yang encer sampai-sampai saya khawatir karena encernya otak itu bisa meleleh keluar melalui hidung dan telinganya!
Apa yang saya dapatkan dari pengalaman membantu anak-anak tersebut sebenarnya telah saya tuangkan dalam sebuah kursus yang diberi nama Mathemagics – yang telah tersebar di berbagai kota besar di Indonesia termasuk juga di Jakarta. Namun demikian banyak orangtua yang tetap berusaha mencari saya untuk mengajari anaknya dan menerapi mereka secara langsung.
Sebenarnya permasalahan yang ada tidaklah terlalu rumit jika kita mau sedikit melihat dan merasakan apa yang dirasakan anak-anak kita. Setiap anak yang normal tentu juga ingin nilai akademiknya bagus. Tak ada seorang anakpun yang ingin nilainya jelek dan mengikuti remidi berkali-kali.
Justru sikap kita sebagai orangtua yang terkadang kurang mendukung dengan membuat situasi hati anak kita menjadi makin keruh dan tidak kondusif untuk mencapai prestasi bagus di sekolahnya.
Salah satu hal penting dan mendasar adalah rasa aman. Rasa aman mendasari motivasi setiap anak bahkan setiap orang dewasa. Dengan rasa aman inilah kita akan memiliki motivasi. Jangan mengharapkan adanya motivasi jika rasa aman tak terpenuhi.
Sebagai pendiri kursus Mathemagics saya sering meminta pengelola kursus bahkan juga instruktur di sana untuk mengingatkan orangtua tentang hal ini. Namun seringkali orangtua hanya menuntut nilai baik tanpa peduli apa yang dirasakan sang anak tercinta. Anak-anak seakan hanya menjadi simbol kebanggaan dari orangtua yang tak mau repot.
Suatu kasus terjadi saat seorang anak keluar dari ruangan kursus Mathemagics dan langsung disambut orangtuanya dengan serentetan pertanyaan yang diarahkan pada instrukturnya “Bagaimana Miss, dia tidak bisa lagi ya? Dasar memang anak aneh. Ya begitu itu Miss dia ini. Kalau di rumah juga begitu. Lemot dan tak punya gairah!”.
Sang instruktur yang hilang kesadaran sesaat mengatakan “Lho dia ini anak hebat lho Bu. Tadi dia bisa menjawab semua pertanyaan dengan bagus lho!” Dan rupanya sang ibu tidak puas dengan jawaban tadi dan mengatakan “Alaa … jangan digitukan dia Miss. Nanti besar kepala. Kalau memang harus diberi PR yang banyak silakan aja Miss biar tidak malas!”
Saya tak akan membahas percakapan di atas dari teori yang muluk-muluk, cukup Anda bayangkan bagaimana perasaan Anda jika posisi Anda sebagai sang anak. Terlepas dari maksud baik si orangtua yang ingin memotivasi anaknya – mungkin orangtua si anak diperlakukan begitu juga oleh orangtuanya dan orangtuanya juga diperlakukan begitu oleh orangtuanya lagi – namun cara ini sungguh sangat melukai hati si anak. Bagaimana motivasi belajar bisa tumbuh jika tak ada penghargaan dan rasa aman untuk bertindak? Mimpi kali ye!
Terdapat hubungan yang sangat erat antara prestasi akademik dengan motivasi belajar. Dan terdapat hubungan yang sangat erat pula antara motivasi belajar dengan rasa aman dan konsep diri yang baik. Sejak saya memahami hal ini maka setiap instruktur Mathemagics diwajbkan untuk menjaga hal tersebut pada diri seorang anak. Karena itulah esensi dasar sebuah pendidikan. Memberikan bekal pengetahuan yang baik melalui sebuah proses mental dan psikologis yang benar.
Ingatlah nilai baik hanya bisa dicapai melalui belajar. Belajar bisa terjadi jika ada motivasi. Dan motivasi bisa muncul jika ada perasaan mampu dalam diri sendiri. Selanjutnya perasaan mampu dalam diri berakar dari harga diri yang sehat dan harga diri yang sehat berawal dari adanya rasa aman dan rasa diterima sebagai seorang individu yang unik.
Siapakah yang bisa membuat seorang anak merasa aman, merasa dicintai dan merasa diterima? Orangtua. Orangtua memegang peranan terbesar dalam hal ini. Memang guru dan teman juga memiliki pengaruh namun tak sebesar pengaruh orangtua. Karena interaksi anak dengan orangtuanya telah dimulai sejak bayi sebelum adanya teman-teman dan guru si anak.
Saya mendorong para orangtua melakukan introspeksi terhadap cara berkomunikasi dan bersikap pada anaknya. Dari pengalaman praktek terapi dan konseling yang saya lakukan sebagian besar permasalahan anak terjadi karena ketidaktahuanorangtua harus bersikap bagaimana kepada anaknya. Kebanyakan yang dilakukan adalah menduplikasi apa yang kita terima saat kita dulu masih kecil. Karena itu selain mendirikan Mathemagics sebagai sarana perbaikan konsep diri anak melalui pembelajaran matematika yang menyenangkan saya juga mendirikan sekolahorangtua.com sebagai sarana belajar bagi para orangtua untuk meningkatkan kemampuan sebagai orangtua maupun individu.
Semoga artikel ini memberikan wawasan baru dalam penanganan masalah belajar anak-anak tercinta kita.
salam hangat penuh cinta untuk Anda sekeluarga
Ariesandi S.,CHt.
Lindungi Anak Indonesia dengan menyebarkan Artikel ini
- Home > Membuat Anak Ketagihan Belajar
Membuat Anak Ketagihan Belajar
on 30.3.10 Terima kasih Anda telah membaca artikel Membuat Anak Ketagihan Belajar, mengutip atau mengcopy artikel ini mohon untuk mencantumkan link http://jaksapainan.blogspot.com/2010/03/membuat-anak-ketagihan-belajar.html sebagai sumbernya. Apabila ada pertanyaan dan keluhan silakan Contact Saya.
loading..